"Sebelum di makamkan siang ini di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pande pukul 13.00. Saat ini masih menunggu istrinya datang dari Sukareja,"ujar Kersono ayah korban di kediamanya, Selasa (7/7/2015).
Hingga kini, kerabat dan keluarga korban terus berdatangan di rumah duka untuk mengucapkan bela sungkawa.
Beberapa warga diantaranya juga masih menyiapkan pemakaman jenazah korban. Seperti menyiapkan galian liang lahat dan karangan bunga.
Menurut keterangan kerabatnya di kampung, Catim merupakan warga yang dikenal baik dan ramah.
Kersono mengaku sebenarnya tidak tega dan kasihan melihat jenazah anaknya yang mengalami luka bakar disekujur tubuhnya.
Meskipun disekujur tubuh Catim penuh dengan luka bakar, namun jenazahnya masih terlihat utuh.
"Kasihan Catim, mau pulang mudik dan merayakan Lebaran di sini (Brebes) tapi mengalami nasib seperti ini," ungkapnya.
Menurut Karsono, sebelum mengalami peristiwa kecelakaan itu. Catim sudah memberikan kabar perihal kepulangan ke kampung halaman kepada keluarga.
Meskipun disekujur tubuh Catim penuh dengan luka bakar, namun jenazahnya masih terlihat utuh.
"Kasihan Catim, mau pulang mudik dan merayakan Lebaran di sini (Brebes) tapi mengalami nasib seperti ini," ungkapnya.
Menurut Karsono, sebelum mengalami peristiwa kecelakaan itu. Catim sudah memberikan kabar perihal kepulangan ke kampung halaman kepada keluarga.
"Memang sehari sebelum berangkat dari Kalimantan, Catim sudah sempat telpon kalau mau pulang ke Brebes,"ujar dia.
Catim sendiri sudah bekerja sebagai buruh bangunan di Kota Martapura Kalimantan Selatan sejak dua tahun yang lalu.
Selain Catim, dua korban lainya juga berasal dari Kabupaten Brebes yakni, Rusnanto (54) dan Hamim (60) warga Desa Sukareja Banjarharjo.
Catim sendiri sudah bekerja sebagai buruh bangunan di Kota Martapura Kalimantan Selatan sejak dua tahun yang lalu.
Selain Catim, dua korban lainya juga berasal dari Kabupaten Brebes yakni, Rusnanto (54) dan Hamim (60) warga Desa Sukareja Banjarharjo.
Ternyata niat baik untuk berkumpul keluarga dan berlebaran bersama
keluarga masing-masing berakhir di Tol Cipali. Keluarga Catim hanya bisa
pasrah dan meyakini semua itu adalah kehendak Ilahi.
Penulis: Fajar Eko Nugroho
Sumber:Tribun Jateng